![]() |
Agung Putra Mulyana, Pengamat Interaksi Media Digital Indonesia. (Foto: Dok/Ist). |
Jakarta, 2 Mei 2025 – Dalam momentum Hari Pendidikan Nasional, Agung Putra
Mulyana, Pengamat Media Interaksi Digital Indonesia, menegaskan
bahwa digitalisasi pendidikan di Indonesia belum menyentuh sebagian besar
sekolah, terutama yang berada di wilayah marjinal dan pinggiran kota.
“Pendidikan kita menghadapi jurang
digital yang mengkhawatirkan. Bahkan data dari Kemendikdasmen menunjukkan bahwa
86 persen sekolah di Indonesia belum memiliki akses fixed broadband.
Artinya, mayoritas siswa belum dapat merasakan manfaat dari pembelajaran
berbasis teknologi secara maksimal,” ujar Agung dalam pernyataannya.
Agung menambahkan bahwa persoalan
utama tidak hanya soal konektivitas, tetapi juga keterbatasan perangkat,
kurangnya pelatihan guru, dan belum adanya strategi menyeluruh untuk
mendigitalisasi sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kota.
“Di beberapa daerah, siswa bahkan
belum pernah melihat perangkat digital di kelasnya. Padahal dunia terus
bergerak cepat ke arah digital. Ketimpangan ini harus segera dijawab,”
tegasnya.
Ia mendorong kolaborasi lintas
sektor mulai dari pemerintah, swasta, dan komunitas teknologi untuk segera
mempercepat pemerataan akses digital pendidikan, termasuk program pelatihan dan
penyediaan perangkat bagi sekolah-sekolah yang tertinggal.
“Transformasi digital jangan
berhenti jadi jargon. Ia harus hadir nyata di setiap ruang kelas, sehingga bukan
hanya di kota, tetapi juga di desa dan wilayah pinggiran,” pungkas Agung.
0 Komentar