![]() |
Batik Mahkota Pelopori Batik Qur’an Pertama di Indonesia |
Jogjapekan, Surakarta, 23 Juni 2025 - Di tengah lorong budaya Kampung Laweyan yang sarat sejarah, torehan lilin panas di atas kain putih menjadi jalan dakwah yang menakjubkan. Batik Mahkota, yang berlokasi di Jl. Sayangan Kulon Sembilan, Laweyan, Surakarta, menjadi pionir lahirnya Batik Qur’an karya seni batik yang tidak hanya menghadirkan estetika, tetapi juga spiritualitas.
Batik Qur’an adalah karya seni batik yang menyalin lafaz-lafaz ayat suci Al-Qur’an secara utuh pada kain, lengkap dengan ornamen khas batik. Ditulis dengan tangan menggunakan canting dan lilin malam, setiap lembar Batik Qur’an tak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga keagungan pesan ilahi.
Alpha Vabela, generasi kedua dari Batik Mahkota, adalah sosok di balik kebangkitan seni ini. Setelah sempat vakum pasca wafatnya generasi pertama, Batik Mahkota kembali hidup saat Laweyan ditetapkan sebagai Kampung Batik oleh pemerintah. Di tangan Alpha, Batik Qur’an dikembangkan sebagai bentuk edukasi dan dakwah kultural Islam.
Proyek Batik Qur’an dimulai sekitar tiga tahun lalu. Dengan bantuan tiga pekerja, hingga kini sudah diselesaikan sekitar 500 lembar yang mewakili 29 juz Al-Qur’an. Proses pembuatannya tetap mengikuti tahapan membatik pada umumnya: dari pemilihan kain, pemotongan, pemolaan (nyorek), pembatikan, pewarnaan, fiksasi (waterglass), pencucian, pelorodan, hingga pengeringan alami.
Setiap juz memiliki desain ornamen berbeda, menjadikan tiap lembar Batik Qur’an unik. Ukuran standarnya adalah 90 x 115 cm, sementara ikon utamanya berupa satu lembar besar bertinggi 5meter bertuliskan Surat Al-Fatihah. Proses pengerjaan ornament memerlukan konsentrasi tinggi dan ketelatenan luar biasa, menjadikannya tahap paling menantang dalam proses produksi.
Dengan pendanaan mandiri, Batik Qur’an telah menjelma menjadi ikon budaya religi yang menarik perhatian media, wisatawan, dan institusi pendidikan. Batik Mahkota tidak hanya menjaga tradisi batik tetap hidup, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman melalui karya seni yang menyentuh hati.
“Kami berharap Batik Qur’an menjadi media dakwah yang lembut dan mendalam, serta menjadi inspirasi bahwa seni bisa menjadi jalan ibadah,” ujar Alpha Vabela. Kini, Batik Qur’an bukan hanya warisan Laweyan, tetapi juga warisan spiritual dan budaya bangsa.
Penulis: Lutfin Hananisa Purwanto; Azzahra Luthfi Rafi Afifah
0 Komentar