Candi Sari Pesona Vihara Buddha Abad ke-8 di Sleman Yogyakarta

Candi Sari Pesona Vihara Buddha Abad ke-8 di Sleman Yogyakarta. By:dolanboyolali

Yogyakarta bukan hanya terkenal dengan Malioboro, Gudeg, dan keramahan warganya, tetapi juga dengan warisan sejarah berupa candi-candi megah yang tersebar di berbagai wilayah. Salah satu candi yang sering luput dari perhatian wisatawan adalah Candi Sari, sebuah peninggalan Buddha yang menyimpan nilai sejarah, arsitektur, dan spiritualitas yang tinggi.

Jika nama Candi Borobudur, Candi Prambanan, atau Candi Kalasan sudah akrab di telinga, maka Candi Sari hadir sebagai permata tersembunyi yang menawarkan pengalaman berbeda. Lokasinya yang tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta menjadikan candi ini mudah dijangkau, namun suasananya jauh lebih tenang dan damai, cocok untuk wisata budaya sekaligus kontemplasi.

Candi Sari atau Candi Bendah (ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦱꦫꦶ), bukan sekadar bangunan kuno, tetapi juga sebuah vihara Buddha yang dahulu berfungsi sebagai pusat belajar dan meditasi bagi para biksu. Dengan arsitektur indah, stupa-stupa khas, dan relief menawan, candi ini menjadi saksi bisu kejayaan Mataram Kuno pada abad ke-8 hingga 9.

Sejarah Candi Sari

Keberadaan Candi Sari erat kaitannya dengan Kerajaan Mataram Kuno dan dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa Tengah. Menurut Prasasti Kalasan (778 M), pembangunan Candi Sari dilakukan pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Pada masa itu, Syailendra dikenal sebagai penganut ajaran Buddha Mahayana.

Prasasti tersebut menyebutkan bahwa para penasihat agama kerajaan menyarankan pembangunan dua bangunan penting: Candi Kalasan untuk pemujaan Dewi Tara, dan Candi Sari sebagai vihara atau biara tempat tinggal para biksu. Dengan demikian, Candi Sari bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga pusat pendidikan agama Buddha.

Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 hingga 9, sejaman dengan perkembangan seni dan arsitektur Buddha di Jawa. Bentuk bangunannya yang menyerupai vihara berlantai dua semakin menguatkan fungsi Candi Sari sebagai asrama sekaligus ruang belajar.

Penemuan Kembali Candi Sari

Seiring berjalannya waktu, Candi Sari sempat terlupakan. Bangunan megah ini baru ditemukan kembali pada awal abad ke-20 dalam kondisi rusak parah. Banyak bagian candi yang hilang dan runtuh akibat faktor usia maupun kerusakan alam.

Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1929–1930 oleh arkeolog Belanda bernama A.J. Bernet Kempers. Sayangnya, karena banyak bagian asli candi yang hilang, rekonstruksi tidak bisa mengembalikan wujud utuh seperti pada masa kejayaannya. Hingga kini, beberapa bagian dari pagar, tangga, maupun arca penjaga (Dwarapala) hanya tersisa fragmen-fragmennya.

Namun, berkat upaya pemugaran itu, Candi Sari dapat kembali dinikmati oleh generasi sekarang. Meski tidak sesempurna dahulu, bentuk bangunan, relief, dan stupa-stupa yang tersisa tetap menampilkan kemegahan khas arsitektur Buddha Jawa.

Arsitektur dan Keindahan Candi Sari

Secara umum, Candi Sari berbentuk persegi panjang dengan ukuran 17,3 x 10 meter dan tinggi mencapai 18 meter. Bangunan ini memiliki dua tingkat yang dulunya digunakan untuk keperluan berbeda.

  • Lantai bawah: dipakai untuk kegiatan belajar, diskusi, dan meditasi.

  • Lantai atas: diperkirakan berfungsi untuk menyimpan barang-barang keagamaan.

Ciri khas yang menarik dari Candi Sari adalah sembilan stupa di bagian atap, tersusun rapi dalam tiga deret sejajar. Hal ini mengingatkan pada stupa-stupa di Candi Borobudur.

Selain itu, dinding luar candi penuh dengan pahatan indah berupa:

  • Arca Buddha dalam jumlah total 36 buah.

  • Relief Kinara-Kinari (manusia burung).

  • Hiasan flora seperti suluran dan kumuda.

  • Motif Kalamakara, tetapi dibuat lebih dekoratif dan tidak menyeramkan.

Interior candi memiliki tiga ruangan utama yang berjajar ke belakang. Tiap ruangan terhubung dengan pintu dan jendela. Pada masa lalu, ruangan ini dibagi menjadi dua tingkat dengan lantai kayu, sehingga total ada enam ruangan di dalam candi. Lubang-lubang bekas balok kayu masih terlihat jelas di dindingnya.

Fungsi Spiritual dan Pendidikan

Candi Sari tidak dibangun sebagai candi pemujaan utama seperti Borobudur atau Kalasan. Fungsinya lebih sebagai vihara atau asrama biksu.

Di sinilah para biksu tinggal, belajar, berdiskusi, dan bermeditasi. Ruang-ruang di bawah stupa diperkirakan digunakan sebagai tempat meditasi yang hening. Dengan demikian, Candi Sari merupakan pusat aktivitas spiritual sekaligus pendidikan agama Buddha pada masa itu.

Hal ini menjadikan Candi Sari unik, karena ia merepresentasikan peran sosial-keagamaan, bukan hanya sebagai simbol kebesaran raja atau sarana upacara ritual.

Lokasi Strategis Candi Sari

Candi Sari berada di Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasinya sangat strategis:

  • Berjarak sekitar 15 km dari pusat Kota Yogyakarta.

  • Dekat dengan Candi Kalasan, Candi Sambisari, dan Candi Prambanan.

  • Tidak jauh dari Bandara Adisucipto (±5 km).

Kawasan Kalasan sendiri memang dikenal sebagai pusat candi-candi Buddha dan Hindu. Oleh karena itu, wisatawan yang berkunjung ke Prambanan sebaiknya juga meluangkan waktu untuk melihat Candi Sari sebagai destinasi tambahan.

Daya Tarik Wisata Budaya

Mengunjungi Candi Sari memberikan pengalaman berbeda dibandingkan dengan candi besar lain di Yogyakarta. Suasananya lebih sepi, sehingga pengunjung dapat merasakan atmosfer sakral dan mendalami setiap detail relief.

Beberapa daya tarik utama antara lain:

  1. Arsitektur unik dengan dua tingkat dan sembilan stupa di atap.

  2. Relief arca dan pahatan dekoratif yang masih terjaga.

  3. Fungsi sejarah sebagai vihara Buddha yang jarang ditemui pada candi lain.

  4. Suasana damai dan tenang, cocok untuk kontemplasi.

Bagi pecinta sejarah, arsitektur, maupun fotografi, Candi Sari adalah tempat ideal untuk eksplorasi dan dokumentasi.

Candi Sari dan Keterkaitannya dengan Candi Lain

Menariknya, Candi Sari tidak berdiri sendiri. Ia memiliki keterkaitan erat dengan candi-candi lain di sekitarnya, terutama Candi Kalasan.

  • Candi Kalasan: dibangun untuk pemujaan Dewi Tara.

  • Candi Sari: difungsikan sebagai vihara tempat tinggal para biksu.

Selain itu, bentuk relief dan ukiran Candi Sari mirip dengan Candi Plaosan, yang juga merupakan kompleks Buddha dengan fungsi pendidikan dan asrama. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa kawasan Kalasan dulunya adalah pusat aktivitas Buddha Mahayana yang penting di Jawa.

Tips Berkunjung ke Candi Sari

Jika Anda berencana mengunjungi Candi Sari, berikut beberapa tips bermanfaat:

  • Datang pagi atau sore hari untuk mendapatkan cahaya terbaik bagi fotografi.

  • Gunakan pakaian nyaman karena area sekitar candi cukup terbuka.

  • Sediakan waktu untuk juga mengunjungi Candi Kalasan, Candi Sambisari, dan Candi Prambanan dalam satu perjalanan.

  • Hormati tempat ini sebagai situs sejarah dan spiritual, dengan menjaga kebersihan dan tidak merusak relief.

Visual yang Direkomendasikan

Untuk memperkaya pengalaman pembaca di jogjapekan.com, artikel ini sebaiknya dilengkapi dengan visual berupa:

  • Foto tampak depan Candi Sari dengan stupa-stupa di atap.

  • Detail relief Kinara-Kinari dan Kalamakara.

  • Peta lokasi Candi Sari relatif terhadap Candi Kalasan dan Prambanan.

  • Dokumentasi suasana interior dengan tiga ruangan utama.

Visual ini akan membantu pembaca membayangkan keindahan dan keunikan Candi Sari meskipun belum berkunjung langsung.

Kesimpulan

Candi Sari adalah bukti kejayaan Mataram Kuno dan dedikasi spiritual para penganut Buddha pada abad ke-8. Sebagai sebuah vihara atau asrama biksu, candi ini memiliki fungsi berbeda dibandingkan candi besar lain di Yogyakarta. Arsitekturnya yang unik, reliefnya yang indah, serta lokasinya yang strategis menjadikannya destinasi budaya yang wajib dikunjungi.

Bagi wisatawan yang ingin merasakan sisi lain dari pariwisata Yogyakarta, berkunjung ke Candi Sari adalah pilihan tepat. Selain menambah wawasan sejarah, pengalaman ini juga memperkaya perjalanan spiritual dan budaya Anda.

Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak destinasi serupa di Yogyakarta, jangan lupa eksplorasi artikel lainnya di jogjapekan.com. Mari lestarikan dan kenali warisan budaya Nusantara agar tetap hidup di generasi mendatang.

0 Komentar

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN