![]() |
| Casanova Jaya Design |
Fenomena renovasi berulang kerap terjadi pada rumah yang baru selesai dibangun. Pemilik rumah sering kali menemukan ketidaksesuaian fungsi ruang, kenyamanan yang kurang optimal, atau kebutuhan tambahan yang tidak terakomodasi sejak awal. Akibatnya, renovasi kembali harus dilakukan meski usia bangunan masih tergolong baru.
Menurut praktisi desain dan konstruksi dari Casanova Jaya Design, kondisi tersebut umumnya berawal dari desain bangunan yang belum disusun secara menyeluruh.
“Banyak renovasi berulang sebenarnya bisa dihindari jika tahap desain dilakukan dengan matang. Desain yang baik membantu memetakan kebutuhan sejak awal, sehingga perubahan besar di kemudian hari tidak perlu terjadi,” ujar Singgih, perwakilan dari Casanova Jaya Design.
Ia menjelaskan bahwa desain bangunan bukan hanya berfungsi sebagai panduan visual, tetapi juga sebagai alat perencanaan jangka panjang. Di dalamnya tercakup pengaturan fungsi ruang, sirkulasi, pencahayaan, ventilasi, hingga kemungkinan pengembangan di masa depan.
Di lapangan, Singgih menyebutkan bahwa salah satu penyebab renovasi berulang adalah desain yang tidak fleksibel. Banyak rumah dirancang hanya untuk kebutuhan saat ini, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup atau jumlah penghuni dalam beberapa tahun ke depan.
Akibatnya, ketika kebutuhan berubah, pemilik rumah terpaksa melakukan renovasi yang cukup besar, mulai dari penambahan ruang hingga perubahan tata letak bangunan.
“Desain yang matang biasanya sudah mempertimbangkan potensi perubahan tersebut, sehingga renovasi bisa diminimalkan atau dilakukan secara lebih sederhana,” lanjut Singgih.
Selain faktor kebutuhan penghuni, kesalahan dalam penataan ruang juga menjadi pemicu renovasi berulang. Ruang yang terasa sempit, alur aktivitas yang tidak nyaman, serta pencahayaan alami yang kurang sering kali baru disadari setelah rumah ditempati.
Masalah tersebut tidak jarang memaksa pemilik rumah melakukan renovasi meski bangunan masih baru. Padahal, permasalahan tersebut sebenarnya dapat diantisipasi sejak tahap desain awal.
Menurut Casanova Jaya Design, desain yang matang juga membantu menekan risiko renovasi akibat kesalahan teknis. Ketidaksesuaian antara desain dan kondisi lapangan sering kali menyebabkan penyesuaian struktur atau utilitas yang memerlukan pekerjaan tambahan.
“Ketika desain tidak disesuaikan dengan kondisi lahan, seperti kontur tanah atau orientasi bangunan, risiko perubahan di tengah jalan akan lebih besar,” kata Singgih.
Di wilayah Jawa Tengah, khususnya Solo Raya dan sekitarnya, tren pembangunan rumah tinggal mulai menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya desain yang terencana. Pemilik rumah kini mulai mempertimbangkan desain sebagai investasi awal untuk menghindari biaya tambahan di masa depan.
Tren ini terlihat dari meningkatnya minat terhadap desain rumah yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan adaptif. Rumah dirancang agar mudah disesuaikan tanpa harus melakukan renovasi besar ketika kebutuhan berubah.
Desain yang matang juga dinilai membantu pemilik rumah dalam mengendalikan anggaran. Dengan perencanaan yang jelas, pemilik dapat memperkirakan kebutuhan biaya secara lebih akurat dan menghindari pengeluaran tidak terduga akibat perubahan desain.
Sebagai konsultan yang menangani berbagai proyek rumah tinggal, Casanova Jaya Design menilai bahwa banyak renovasi berulang terjadi karena tahap desain sering kali dipersingkat atau dilewati.
“Desain sering dianggap bisa menyusul. Padahal, justru di tahap inilah banyak keputusan penting yang menentukan apakah bangunan akan nyaman digunakan dalam jangka panjang,” ujar Singgih.
Dalam praktiknya, desain yang matang mencakup penyusunan konsep ruang, perencanaan teknis, hingga gambar kerja yang jelas. Setiap elemen dirancang agar saling mendukung dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Informasi mengenai pendekatan perencanaan dan layanan desain dapat diakses melalui situs resmi https://casanovajayadesign.com, yang memuat berbagai referensi terkait proses desain dan pembangunan bangunan.
Ke depan, risiko renovasi berulang diperkirakan akan semakin menjadi perhatian, seiring meningkatnya biaya material dan tenaga kerja. Setiap renovasi tambahan tidak hanya membutuhkan biaya, tetapi juga waktu dan energi.
Singgih menambahkan bahwa desain bangunan seharusnya dipandang sebagai upaya pencegahan, bukan sekadar tahapan administratif.
“Dengan desain yang matang, pemilik rumah bisa menghindari banyak masalah di kemudian hari. Renovasi seharusnya menjadi pilihan, bukan keharusan,” katanya.
Bagi pemilik rumah yang ingin membangun atau merenovasi secara lebih terencana, pemanfaatan layanan desain dan perencanaan konstruksi bangunan dinilai dapat membantu meminimalkan risiko perubahan berulang dan memastikan bangunan sesuai kebutuhan jangka panjang.
.jpg)

0Komentar